Asbabunnuzul digunakan untuk memahami ayat-ayat Al Quran. Ungkapan asbabun nuzul atau asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata "asbab" dan "nuzul". Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Terdapat banyak pilihan referensi dalam memahami asbabun nuzul suatu ayat Al Quran.- Pengertian asbabunnuzul adalah sebab-sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. 5 contoh ayat yang memiliki asbabunnuzul meliputi Surah Al-Kahf ayat 28, Surah Ad-Duha ayat 1-3, Surah An-Nisa ayat 59, Surah Abasa ayat 1-10, dan Surah Al-Lahab ayat ulama bidang Al-Qur'an bernama Syekh Muhammad Abdul Azim Az-Zarqani berpendapat bahwa asbabunnuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta berhubungan dengan turunnya ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu NU Online menuliskan bahwa para mufasir Al-Qur’an sepakat bahwa, “asbabunnuzul adalah diturunkan ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau menjelaskan hukum atas kejadian tersebut.”Asbabunnuzul memiliki fungsi salah satunya membantu memberi penjelasan terhadap beberapa ayat Al-Qur’an. Meskipun demikian, tidak semua ayat dalam Al-Qur’an memiliki asbabunnuzul. Contoh ayat-ayat yang tidak memiliki asbabunnuzul yakni yang memuat cerita para nabi Contoh Ayat Asbabunnuzul Dikutip dari buku Asbabun-Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an 2017 tulisan Muchlis M. Hanafi ed., berikut ini 5 contoh ayat Al-Qur'an yang memiliki asbabunnuzul1. Surah Al-Maidah Ayat 51۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ٥١Arab Latinnya Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tattakhiżul-yahụda wan-naṣārā auliyā`, ba'ḍuhum auliyā`u ba'ḍ, wa may yatawallahum mingkum fa innahụ min-hum, innallāha lā “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia[-mu]. Sebagian mereka menjadi teman setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim,” QS. Al-Maidah [5] 51.2. Surah Ad-Duha Ayat 1-3وَالضُّحٰىۙ ١ وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣Arab latinnya Wadhdhuhaa, wallaili idzaa sajaa, maa wadda 'aka rabbuka wamaa qalaArtinya “Demi waktu duha dan demi waktu malam apabila telah sunyi, Tuhanmu [Nabi Muhammad] tidak meninggalkan dan tidak [pula] membencimu,” QS. Ad-Duha [93] 1-3.3. Surah Al-An'am Ayat 152وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَٱعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ ٱللَّهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ Bacaan latinnya Wa lā taqrabụ mālal-yatīmi illā billatī hiya aḥsanu ḥattā yabluga asyuddah, wa auful-kaila wal-mīzāna bil-qisṭ, lā nukallifu nafsan illā wus'ahā, wa iżā qultum fa'dilụ walau kāna żā qurbā, wa bi'ahdillāhi aufụ, żālikum waṣṣākum bihī la'allakum tażakkarụnArtinya "Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat," QS. Al-An'am [6] 152.4. Surah Al-Insyirah ayat 1-8اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ 1وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ 23 الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ4 وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ5 فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ6 اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ7 فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ8 وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ1. A lam nasyraḥ laka ṣadrak2. Wa waḍa’nā angka wizrak3. Allażī angqaḍa ẓahrak4. Wa rafa’nā laka żikrak5. Fa inna ma’al-usri yusrā6. Inna ma’al-usri yusrā7. Fa iżā faragta fanṣab8. Wa ilā rabbika fargabArtinya Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, Yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan namamu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. 5. Surah Al-Lahab Ayat 1-5تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ ١ مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ ٢ سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ ٣ وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ ٤ فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ ࣖ ٥Bacaan latinnya Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb. Mā agnā 'an-hu māluhụ wa mā kasab. Sayaṣlā nāran żāta lahab. Wamra`atuh, ḥammālatal-ḥaṭab. Fī jīdihā ḥablum mim “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan memasuki api yang bergejolak neraka, begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar penyebar fitnah. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal,” QS. Al-Lahab [111] 1-5.Baca juga Asbabun Nuzul Surat Al-Waqiah Lengkap Ayat 39-40 dan Ayat 75-82 Cara Mengetahui Asbab An-Nuzul dan Penjelasannya Tafsir dan Penjelasan Surat Al-Falaq Beserta Asbabun Nuzulnya - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Dhita Koesno
UngkapanAsbab Al-Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata "Asbab" dan "Nuzul". Secara etimonologi , Asbab Al-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sua
ILMU ASBABUN NUZUL DAN FUNGSINYA DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN SERTA MACAM-MACAM DAN CONTOH-CONTOHNYA Ulumul Qur’an == Kelompok 4 == Syari’ah/ Muamalat Smt. 1/ Unit 1 Disusun Oleh Muhammad Ilham MUSLIM 511401589 Ade IRMA 511401564 MISBAHUDDIN 511401588 STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN 2014 Daftar Isi. Bab 2. Pembahasan................................................................ 1 A. Pengertian Asbabun Nuzul........................................... 1 B. Fungsi Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur’an 2 C. Macam-macam Asbabun Nuzul................................... 4 Bab 3. Penutup........................................................................ 11 A. Kesimpulan.................................................................... 11 Daftar Pustaka........................................................................ 12 Bab II PEMBAHASAN A. Pengertian Asbabun Nuzul Secara etimologis Asbabun Nuzul terdiri dari kata “asbab” bentuk plural dari kata “sabab” yang mempunyai arti “latar belakang”, “alasan” atau “sebab/illat”, sedang kata “nuzul” berasal dari kata “nazala” yang berarti “turun”. Dengan demikian Asbabun Nuzul adalah “suatu konsep, teori, atau berita tentang sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi Muhammad, baik berupa satu ayat maupun rangkaian ayat”. Para ulama berpendapat bahwa berkaitan dengan latar belakang turunnya, ayat-ayat Al-Qur’an turun dengan dua cara. Pertama, ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah tanpa suatu sebab atau peristiwa tertentu yang melatar belakanginya. Kedua, ayat-ayat yang diturunkan karena dilatarbelakangi oleh peristiwa tertentu. Berbagai hal yang menjadi sebab turunnya ayat inilah yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul.[1] Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, Kendatipun redaksi pendifinisian mereka berbeda-beda, namun hal itu menyimpulkan bahwa Asbabun Nuzul adalah “kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an”. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan anatara suku aus dan suku Khazraj, kesalahan besar seperti kasus seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk, dan pertanyaan-pertannyaan yang diajukan para sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi. Persoalan apakah semua ayat Al-Qur’an diturunkan berdasarkan Asbabun Nuzul ternyata telah menjadi bahan kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan dengan Asbabun Nuzul, sehingga diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya dan ada pula Al-Qur’an yang diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh sesuatu peristiwa. Asbabun Nuzul didefinisikan “sebagai suatu hal yang karenanya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, Asbabun Nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi sebab turunnya beberapa ayat al-qur’an. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah dibalik kisah diturunkannya suatu ayat. Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kokoh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2] B. Fungsi Asbabun Nuzul dalam Memahami Al-Qur’an Adapun kegunaan yang diperoleh dalam mengetahui Asbabun Nuzul dalam kaitannya dengan memahami makna daripada ayat-ayat suci Al-Qur’an antara lain adalah sebagai berikut 1. Mengetahui hikmah rahasia dan tujuan Allah secara khusus dalam men-syari’at-kan agama-Nya yang terkandung di balik ayat-ayat yang mempersoalkan syari’at hukum. Misalnya kita dapat memahami lewat pengetahuan Asbabun Nuzul kenapa judi, riba, memakan harta anak yatim itu diharamkan. Sebaliknya bagaimana Allah mula-mula men-syari’at-kan shalat Khauf shalat yang dilakukan waktu situasi gawat/perang, kenapa tidak boleh melakukan shalat jenazah atas orang musyrik, bagaimana pembagian harta rampasan perang, dan sebagainya. Hampir semua aspek hukum itu mengandung aspek filosofis yang sebagian di antaranya dapat diketahui lewat pengertian tentang Asbabun Nuzul. 2. Mengetahui pengecualian hukum terhadap orang yang berpendirian bahwa hukum itu harus dilihat terlebih dahulu dari sebab-sebab yang khusus. 3. Mengetahui Asbabun Nuzul adalah cara yang paling kuat dan paling baik dalam memahami pengertian ayat, sehingga para sahabat yang paling mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat lebih didahulukan pendapatnya tentang pengertian dari satu ayat, dibandingkan dengan pendapat sahabat yang tidak mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat. 4. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 5. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dapat menolak dugaan adanya pembatasan dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan, tetapi sebetulnya bukanlah pembatasan, sebagai contoh adalah Al-Qur’an Surat Al-An’am 6 ayat 145 dalam hal makanan yang diharamkan. è% Hw ߉É`r& ’Îû !$tB zÓÇrré& ¥’n<Î $B§ptèC 4’n?tã 5OÏã$sÛ ÿ¼çmßJyèôÜtƒ HwÎ br& šcqä3tƒ ºptGøŠtB ÷rr& $YByŠ %nqàÿó¡¨B ÷rr& zNóss9 9ƒÍ”\Åz ¼çm¯RÎ*sù ê[ô_Í ÷rr& $¸ó¡Ïù ¨Ïdé& ÎŽötóÏ9 !$ ¾ÏmÎ/ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$ uŽöxî 8ø$t/ Ÿwur 7Š$tã ¨bÎ*sù š/u Öqàÿxî ÒO‹Ïm§ الانعام ۱۸۳ Katakanlah "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".[3] 6. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dapat mengkhususkan hukum pada sebab, menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. Hal ini sebagaimana pada ayat-ayat tentang zhihar. 7. Dengan mempelajari Asbabun Nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang yang mengkhususkannya. Hal ini didasarkan atas Ijma’ yang menyatakan bahwa hukum sebab tetap selama-lamanya. 8. Dengan Asbabun Nuzul, akan diketahui ayat tertentu yang turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran, sebab kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang bersalah. 9. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika ia mengetahui sebab turunnya, sebab pertalian antara sebab dan musabbab, hukum dan peristiwanya, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua itu merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan terlukisnya sesuatu dalam ingatan. Dari kesembilan manfaat yang diperoleh dalam pentingnya memahami Asbabun Nuzul tersebut di atas kesemuanya adalah memiliki hubungan yang erat dengan kepentingan menafsirkan Al-Qur’an dan mengistimbatkan hukum daripadanya.[4] C. Macam-macam Asbabun Nuzul Ada dua hal yang menjadi sudut pandang dalam membagi macam-macam Asbabun Nuzul, yaitu 1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbabun Nuzul. Dari sudut pandang yang pertama ini ada dua redaksi yang dipergunakan perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbabun Nuzul yaitu sharih jelas dan muhtamilah kemungkinan. Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan Asbabun Nuzul, dan tidak mungkin menunjukkan yang lainnya. Redaksi dikatakan sharih bila perawi mengatakan - “Sebab turun ayat ini adalah…..” - Atau perawi menggunakan kata “maka” setelah ia mengatakan peristwa tertentu. Umpamanya ia mengatakan “Telah terjadi……. Maka turunlah ayat….” atau “Rasulullah pernah ditanya tentang….maka turunlah ayat….” Adapun redaksi yang termasuk muhtamilah bila perawi mengatakan - “Ayat ini dirturunkan berkenaan dengan ….” Atau - “Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….” Atau - “Saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan …”[5] 2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu Asbabun Nuzul a. Berbilangnya Asbab Asbabun Nuzul untuk satu ayat Tidak setiap ayat memiliki riwayat Asbabun Nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbabun Nuzul. Tentu saja hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang terdapat dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara sebagai berikut 1 Tidak mempermasalahkannya Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat Asbabun Nuzul menggunakan redaksi muhtamilah tidak pasti. Umpamanya, satu versi menggunakan redaksi, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan ….” Dan versi lain menggunakan redaksi, “Saya kira ayat diturunkan berkenaan dengan….” Variasi riwayat Asbabun Nuzul ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud oleh setiap variasi itu hanyalah sebagai tafsir belaka dan bukan Asbabun Nuzul. Hal ini berbeda bila ada indikasi jelas yang menunjukkan bahwa salah satunya memaksudkan Asbabun Nuzul. 2 Mengambil versi riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi sharih Cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat Asbabun Nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharih pasti. 3 Mengambil versi riwayat yang shahih Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih pasti, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.[6] Umpamanya dua riwayat Asbabun Nuzul kontradiktif yang berkaitan dengan diturunkannya ayat dalam surat Ad-dhuha 93 ayat 1-3 4ÓyÕÒ9$ur ÇÊÈ Èø‹©9$ur sŒÎ 4ÓyÖy™ ÇËÈ $tB y7t㨊ur y7•/u $tBur 4’n?s% ÇÌÈ 1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik, 2. Dan demi malam apabila telah sunyi gelap, 3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu*. *Maksudnya ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik berkata "Tuhannya Muhammad telah meninggalkannya dan benci kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu. Versi pertama yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Jundab mengatakan Rasulullah merasa kurang enak badan sehingga beliau tidak shalat malam selama satu atau dua malam. Seorang wanita datang kepada beliau seraya berkata “Hai Muhammad, aku melihat setanmu yang dia maksud ialah Jibril telah meninggalkan engkau.” Maka turunlah ayat tersebut. Versi kedua yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibn Abi-Syaiban dari Hafsah bin Maisyarah, dari ibunya, dari neneknya khadam Rasulullah mengatakan “Seekor anjing masuk ke dalam rumah Rasulullah dan bersembunyi di bawah tempat tidur sampai mati. Karenanya selama empat hari Rasulullah tidak menerima wahyu. Nabi berkata, “Wahai Khaulah! Apakah yang telah terjadi di rumahku? sehingga Jibril tidak datang kepadaku.” Maka akupun Khaulah berkata, “Alangkah baiknya jika kuperiksa langsung keadaan rumahnya dan menyapu lantainya. Aku masukkan sapu ke bawah tempat tidur dan mengeluarkan bangkai anjing darinya. Nabi kemudian datang dalam keadaan dagu gemetar. Oleh karena itu, ketika menerima wahyu, dagu Nabi selalu bergetar. Maka Allah menurunkan surat Adh-Dhuha 1-3. Studi kritis terhadap versi kedua menyatakan bahwa status riwayatnya pada kualitas tidak shahih. Ibnu Hajar mengatakan bahwa kisah keterlambatan Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi karena anak anjing memang masyhur, tetapi keberadaannya sebagai Asbabun Nuzul adalah asing gharib dan sanadnya ada yang tidak dikenal. Oleh karena itu, yang harus diambil adalah riwayat lain yang shahih.[7] Sedangkan terhadap variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat yang versinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut 1 Mengambil versi riwayat yang sahih Cara ini diambil bila terdapat dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, yang salah satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lain tidak. Umpamanya dua versi riwayat Asbabun Nuzul kontradiktif untuk surah Adh-Dhuha ayat 1-3 2 Melakukan studi selektif tarjih Langkah ini diambil bila kedua versi Asbabun Nuzul yang berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama shahih, seperti Asbabun Nuzul yang berkaitan dengan turunnya ayat tentang ruh. Versi Asbabun Nuzul yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud mengatakan “Aku berjalan bersama Rasulullah di Madinah dan beliau dalam keadaan bertekan pada pelepah kurma. Ketika beliau melewati sekelompok orang yahudi. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya. “Alangkah baiknya bila kalian menanyakan sesuatu kepadanya Muhammad. “Kemudian mereka berkata, “Ya Muhammad terangkan kepada kami tentang ruh.” Nabi berdiri sejenak sambil mengangkat kepala, saat itupun aku tahu bahwa beliau sedang menerima wahyu. Dan beliaupun membacanya. “Katakanlah, permasalahan ruh adalah sebagian dari urusan tuhanku. Dan tidak diberikan kepadamu ilmu kecuali sedikit saja.”[8] Dalam versi Asbabun Nuzul yang dikeluarkan oleh bukhari dan turmudzi dari Ibnu Abbas disebutkan “Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang yahudi, “Berikan kepada kami tentang sesuatu yang akan ditanyakan kepada lelaki ini Nabi.” Mereka menjawab, “Bertanyalah kepadanya tentang ruh.” Maka mereka pun bertanya tentangnya kepada Nabi. Maka Allah menurunkan ayat. Kedua riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Turmudzi di atas berstatus sahih. Akan tetapi, mayoritas ulama’ lebih mendahulukan hadits Bukhari daripada hadits Turmudzi karena hadits Bukhari lebih unggul rajah, sedangkan hadits Turmdzi tidak unggul marjuh. 3 Melakukan studi kompromi jama’ Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dalakukan tarjih. Umpamanya dua versi riwayat Asbabun Nuzul yang melatarbelakangi turunnya ayat Mu’amalah surat An-Nur 24 ayat 6. tûïÏ%©!$ur tbqãBötƒ öNßgy_ºurø—r& óOs9ur `ä3tƒ öNçl°; âä!y‰pkà HwÎ öNßgÝ¡àÿRr& äoy‰»ygt±sù óOÏdωtnr& ßìt/ör& ¤Nºy‰»uhx© !$$Î/ ¼çm¯RÎ z`ÏJs9 šúüÏ%ω»¢Á9$ النور ۶ Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar. Dalam versi Bukhari dan Muslim melalui jalur Shahal Ibn Sa’ad dikatakan bahwa ayat itu turun berkenaan dengan salah seorang sahabat bernama Uwaimir yang bertanya kepada Rasulullah SAW. Tentang apa yang harus dilakuan oleh seorang suami yang mendapati istrinya bezina dengan orang lain. Akan tetapi, dalam versi Bukhari melaui jalur Ibn Abbas dikatakan bahwa ayat tersebut turun dengan latar belakang kasus Hilal Ibn Umayah yang mengadu kepada Rasulullah SAW. Bahwa istrinya berzina dengan Sarikh Ibn Sahma’. Kedua riwayat itu berkualitas sahih dan tidak mungkin dilakukan studi tarjih. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kompromi jama’. Dua kejadian itu berdekatan masanya sehingga kita mudah mengkompromikan keduanya. Dalam jangka waktu yang tidak berselang lama, kedua orang sahabat bertanya kepada Rasululah SAW. Tentang masalah serupa, maka turunlah ayat mu’amalah untuk menjawab pertanyaan mereka. [9] Kalau kedua versi riwayat Asbabun Nuzul itu sahih atau tidak sahih atau tidak dapat dilakukan studi tarjih dan jama’ maka hendaklah kita anggap ayat itu itu diturunkan berulang kali. Dalam istilah ilmu Al-Qur’an hal itu dapat disebut “berulangnya turun ayat” ta’adudud an-nuzul. Bab III PENUTUP Kesimpulan Asbabun Nuzul adalah suatu konsep, teori, atau berita tentang sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi Muhammad, baik berupa satu ayat maupun rangkaian ayat. Adapun Fungsi Asbabun Nuzul antara lain 1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui Al-Qur’an. 2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr pembatasan. 4. Dapat mengkhususkan Takhsis hukum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal. Daftar Pustaka Chirzin, Muhammad. BUKU PINTAR ASBABUN NUZUL mengerti peristiwa dan pesan moral di balik ayat-ayat suci al-quran. Zaman Jakarta, 2011. Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al Qur'an Surah Al Baqarah - An Nas. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2002. Al-Wahidy, Ali bin Ahmad. Asbab An-Nuzul. Darul Hadist Jakarta, 2003. Khalil al-Qattan, Manna’. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Litera AntarNusa Bogor, 2010. Thamrin, Husni. Muhimmah ulumul qur’an. Semarang Bumi Aksara, 1982. Zuhdi, Masfuk. Pengantar ulumul qur’an. Surabaya Bina Ilmu, 1993. Chirzin, Muhammad. BUKU PINTAR ASBABUN NUZUL mengerti peristiwa dan pesan moral di balik ayat-ayat suci al-quran. Jakarta Zaman, 2011 [1] Ali bin Ahmad Al-Wahidy, Asbab An-Muzul, Jakarta Darul Hadits, 2003, 56 [2] A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2002 634 & 635 [3] Saifullah, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Ponorogo PO Press, 2011, 71 [4] Muhammad, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bandung CV. Pustaka Setia, 1999, 154 [5] Muhammad Amin, Study ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Firdaus, 2004, 23-25 [6] Hamzah Muchotob, Studi Al-Qur'an Komprehensif, Yokyakarta Gama Media, 2003, 198 [7] Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta Rajawali, 1994, 76 [8] Manna’ Khalil Al-khattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, BogorPT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001, 106-137 [9] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an I, Bandung CV. Pustaka Setia, 1997 33
2 Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzul a. Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat (Ta'addad As-Sabab wa Nazil Al-wahid) Tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbabun nuzul.
- Cara mengetahui Asbab An-Nuzul asbabunnuzul dan penjelasannya adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama kategori sahih. Hal ini karena asbabunnuzul tidak dapat diciptakan melalui pemikiran, namun merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa merupakan sebab-sebab yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Meskipun demikian, tidak semua ayat di dalam Al-Qur’an memiliki dari jurnal Asbabun Nuzul Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi 2016 oleh Pan Suaidi dijelaskan bahwa pengetahuan asbabunnuzul memiliki beberapa fungsi dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama. Mengetahui asbab an-nuzul membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa ayat. Pengetahuan asbab an-nuzul dapat mengkhususkan takhsis hukum terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah khusus as-sabab sebab khusus. Asbabunnuzul dapat membantu memahami apakah ayat berlaku umum atau khusus dan bagaimana penerapannya. Asbabunnuzul mempermudah orang dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dan memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan, sebab mengetahui turunnya. Cara Mengetahui Asbab An-Nuzul dan Penjelasannya Cara mengetahui asbabunnuzul adalah dengan melacak riwayat-riwayat hadis, terutama yang tergolong sahih. Hadis sahih merupakan hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan perawi berkualitas dan hafalan kuat, hingga sanad dan matannya tidak ada syadz serta M. Hanafi ed. dalam buku Asbabun-Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an 2017 menuliskan bahwa cara paling otentik untuk mengetahui asbabunnuzul yakni melalui riwayat-riwayat hadis yang disampaikan Nabi kepada para sahabat berperan penting dalam mengetahui asbabunnuzul, sebab mereka hidup di masa nabi dan mengetahui serta menyaksikan proses turunnya wahyu hingga peristiwa yang melingkupinya. Di sisi lain, para sahabat begitu berhati-hati dalam meriwayatkan hadis Nabi Muhammad SAW. Kewaspadaan para sahabat ini meningkat terutama ketika menyampaikan hadis tentang asbabunnuzul ayat Al-Qur’ al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi menjelaskan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul hanya dapat diketahui dengan mendengar dari para sahabat. Hal ini karena para sahabat telah bersungguh-sungguh mencari dan mengetahui pernyataan Abù al-Èasan 'Aliy al-Wàëidi di atas, kemudian terbesit pertanyaan lanjutan, yakni bagaimana riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang muncul setelah masa sahabat?Jalàluddìn as-Suyùtiy menyampaikan bahwa riwayat-riwayat asbabunnuzul para tabiin yang jelas sebab dan berkualitas sahih dapat diterima. Hal ini senada dengan kasus hadis-hadis marfu yang dapat diterima apabila diriwayatkan para tabiin yang menimba ilmu dari para sahabat juga Asbabun Nuzul Surah Ad-Dhuha Sebab Diturunkannya Ayat 1-3 Tafsir dan Penjelasan Surat Al-Falaq Beserta Asbabun Nuzulnya Asbabun Nuzul Surat Al-Waqiah Lengkap Ayat 39-40 dan Ayat 75-82 - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Dhita Koesno
pVme. 289 473 171 433 190 346 11 383 88